selamat datang

layar


Thursday, 25 July 2013

KETETAPAN REZEKI DAN JODOH



Kamu akan Lahir Pada tanggal 18 Juli, 1992, hari sekian, jam sekian, akan jatuh cinta sama si ini, patah hati sama si itu, tapi pada akhirnya akan menikah dengan si dia, punya anak sekian, kamu meninggal pada usia sekian… dan masih banyak lagi rahasia-rahasia Tuhan yang belum kita ketahui…
Seminggu yang lalu usiaku genap 21 tahun, lihat iklan di TV katanya usia pernikahan yang ideal bagi perempuan itu 21 tahun, dan laki-laki usia 25 tahun… jangan hamil rapat-rapat, dua anak lebih baik. Tapi nyatanya usiaku yang ke 21 tahun sekarang belum bertemu dengan jodoh. Jodoh kan gak ada yang tahu.
Seperti halnya sepasang kekasih yang pacaran, yang tunangan tak ada yang melarang berencana akan menikah bolehlah … hanya saja ketetapan sudah diatur oleh Tuhan. “Oh, Jodoh….. Oh, Rezeki…. Dimana kah kau berada” Cuma ngeluh kaya gitu juga percuma kalau tidak dibarengi dengan do’a dan usaha….. yang ada sekarang aku menikmati rahasia Tuhan, aku percaya semua kejadian-kejadian yang aku rasakan tidak ada yang kebetulan, semua terjadi atas rencana Tuhan…. berjuta rasanya ternyata….  Perjalanan yang panjang, yang kadang-kadang membuat aku berharap terlalu tinggi lalu jatuh…  rasanya buggkk!!…. Sakittt.

Rezeki dan jodoh
Rezeki kita sudah diatur di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil lewat jalan halal ataukah haram, dapatnya segitu juga. Yang beda, rasa berkahnya. Jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil dari jalan halal atau haram, dapatnya yang itu juga. Yang beda, rasa berkahnya. Keduanya bukan tentang apa, berapa, atau siapa; tapi BAGAIMANA Allah memberikan nya; diulurkan lembut dan mesra atau dilempar penuh murka? Maka layakannlah diri di hadapan-Nya untuk dianugerahkan rezeki dan jodoh dalam serah terima paling sakral; mesra, penuh cinta, berkah , dan bermakna.
Rezeki dan jodoh di tangan Allah. Tetapi jika tak dimabil-ambil, ya di tangan Allah terus. Ikhtiyar (berusaha) suci dan doa mengiba mendekatkan keduanya. Setiap orang memiliki jodohnya. Jika takdir dunia tak menyatukan keduanya atau malah melekatkan pada yang tak sejalan; surga kelak mempertemukan. 
 
Jodoh Nuh dan Luth bukan istri mereka. Jodoh Asiyah istri Fir’aun bukanlah suaminya. Maryam ibunda Isa pun kelak bertemu jodohnya. Jodoh Abu Lahab itu agaknya Ummu Jamil, sebab mereka kekal hingga neraka. Jodoh Sulaiman agaknya Balqis, bersama mereka mengabdi pada-Nya.

Di Surah An-Nur ayat 26; diri adalah cermin bagi jodoh hati. Yang baik-baik jadilah jodoh yang suci-suci. Yang nista-nista jumpalah yang keji-keji.
Tentu makna ayat itu adalah peringatan dan kerangka ikhtiyar (usaha): cara menjemput jodoh terbaik adalah dengan membaikkan diri di tiap bilang hari. Yang menjemput pasangan dengan menggoda matanya; bersiaplah mendapatkan ia yang tak tahan atas jebak kejelitaan lain. Tiap masa lalu buram yang tersesal dalam taubat suci, semoga jadi jalan mengantar kita pada kelayakan mendapat jodoh terbaik. Aamiin.

Jodoh tetap misteri. Syukuri ketidaktahuan itu dengan merencanakan dan mengupayakan yang terbaik menuju pernikahan suci di dunia fana. Selanjutnya, tugas besar kita adalah melestarikan perjodohan itu hingga ke surga; meniti rumah tangga, sabar-syukur dalam barakah dan ridha-Nya.

Rumus berpasangan tak selalu sama;
(1)  Ada dua arus suangai bertemu, bergabung mengalir jadi satu. Itu namanya KESAMAAN.
(2) Ada juga panas menggelegak bertemu dingin membekukan; menjadi hangat yang syahdu. Itu KESEIMBANGAN.
(3) Adalah lautan yang teduh yang berjumpa angin menderu; menjadi badai yang dahsyat. Itu PERPADUAN

Berharap sosok boleh saja, tapi jika Allah pilihkan lebih baik, lebih kaya, lebih rupawan darinya dampingi kita, jangan menolak. Nabi anjurkan nazhar; melihat calon pasangan sebelum menikah. Tentu untuk temukan hal menarik, bukan cacat-cela. Jangan banyakin pacaran ngelakuin ini dan itu layaknya sepasang suami istri yang sudah halal, baru menikah malah sudah bosan! Tajamkan mata batin kita! Jangan Fisik terusss yang jadi Patokan! Udah tua, baru tahu rasa.

Dalam hidup bersama di ikatan suci yang kita ikrarkan bersama “Jodoh” kita, hijrahkan cinta dari kata benda menjadi kata kerja, kalimat amal. Di titian hari-hari setelah akad suci, hijrahkan rasa jatuh cinta menjadi bangun cinta; pastikan jadi megah istana, tinggi gapai surga. Istri dan suami sejatinya tak saling memiliki. Kita hanya saling dititipi. Maka salingkan menjaga dalam menggenapkan agama; menaati-Nya

2 comments: