Kamu akan
Lahir Pada tanggal 18 Juli, 1992, hari sekian, jam sekian, akan jatuh cinta
sama si ini, patah hati sama si itu, tapi pada akhirnya akan menikah dengan si
dia, punya anak sekian, kamu meninggal pada usia sekian… dan masih banyak lagi rahasia-rahasia
Tuhan yang belum kita ketahui…
Seminggu
yang lalu usiaku genap 21 tahun, lihat iklan di TV katanya usia pernikahan yang
ideal bagi perempuan itu 21 tahun, dan laki-laki usia 25 tahun… jangan hamil
rapat-rapat, dua anak lebih baik. Tapi nyatanya usiaku yang ke 21 tahun sekarang
belum bertemu dengan jodoh. Jodoh kan gak ada yang tahu.
Seperti
halnya sepasang kekasih yang pacaran, yang tunangan tak ada yang melarang berencana
akan menikah bolehlah … hanya saja ketetapan sudah diatur oleh Tuhan. “Oh,
Jodoh….. Oh, Rezeki…. Dimana kah kau berada” Cuma ngeluh kaya gitu juga percuma
kalau tidak dibarengi dengan do’a dan usaha….. yang ada sekarang aku menikmati
rahasia Tuhan, aku percaya semua kejadian-kejadian yang aku rasakan tidak ada
yang kebetulan, semua terjadi atas rencana Tuhan…. berjuta rasanya
ternyata…. Perjalanan yang panjang, yang
kadang-kadang membuat aku berharap terlalu tinggi lalu jatuh… rasanya buggkk!!…. Sakittt.
Rezeki
dan jodoh
Rezeki
kita sudah diatur di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil lewat jalan halal ataukah
haram, dapatnya segitu juga. Yang beda, rasa berkahnya. Jodoh kita sudah
tertulis di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil dari jalan halal atau haram, dapatnya
yang itu juga. Yang beda, rasa berkahnya. Keduanya bukan tentang apa, berapa,
atau siapa; tapi BAGAIMANA Allah memberikan nya; diulurkan lembut dan mesra
atau dilempar penuh murka? Maka layakannlah diri di hadapan-Nya untuk
dianugerahkan rezeki dan jodoh dalam serah terima paling sakral; mesra, penuh
cinta, berkah , dan bermakna.
Rezeki
dan jodoh di tangan Allah. Tetapi jika tak dimabil-ambil, ya di tangan Allah
terus. Ikhtiyar (berusaha) suci dan doa mengiba mendekatkan keduanya. Setiap
orang memiliki jodohnya. Jika takdir dunia tak menyatukan keduanya atau malah
melekatkan pada yang tak sejalan; surga kelak mempertemukan.
Jodoh Nuh
dan Luth bukan istri mereka. Jodoh Asiyah istri Fir’aun bukanlah suaminya.
Maryam ibunda Isa pun kelak bertemu jodohnya. Jodoh Abu Lahab itu agaknya Ummu
Jamil, sebab mereka kekal hingga neraka. Jodoh Sulaiman agaknya Balqis, bersama
mereka mengabdi pada-Nya.
Di Surah
An-Nur ayat 26; diri adalah cermin bagi jodoh hati. Yang baik-baik jadilah
jodoh yang suci-suci. Yang nista-nista jumpalah yang keji-keji.
Tentu
makna ayat itu adalah peringatan dan kerangka ikhtiyar (usaha): cara menjemput
jodoh terbaik adalah dengan membaikkan diri di tiap bilang hari. Yang menjemput
pasangan dengan menggoda matanya; bersiaplah mendapatkan ia yang tak tahan atas
jebak kejelitaan lain. Tiap masa lalu buram yang tersesal dalam taubat suci,
semoga jadi jalan mengantar kita pada kelayakan mendapat jodoh terbaik. Aamiin.
Jodoh
tetap misteri. Syukuri ketidaktahuan itu dengan merencanakan dan mengupayakan
yang terbaik menuju pernikahan suci di dunia fana. Selanjutnya, tugas besar
kita adalah melestarikan perjodohan itu hingga ke surga; meniti rumah tangga,
sabar-syukur dalam barakah dan ridha-Nya.
Rumus berpasangan
tak selalu sama;
(1) Ada
dua arus suangai bertemu, bergabung mengalir jadi satu. Itu namanya KESAMAAN.
(2) Ada
juga panas menggelegak bertemu dingin membekukan; menjadi hangat yang syahdu.
Itu KESEIMBANGAN.
(3) Adalah
lautan yang teduh yang berjumpa angin menderu; menjadi badai yang dahsyat. Itu
PERPADUAN
Berharap
sosok boleh saja, tapi jika Allah pilihkan lebih baik, lebih kaya, lebih
rupawan darinya dampingi kita, jangan menolak. Nabi anjurkan nazhar; melihat
calon pasangan sebelum menikah. Tentu untuk temukan hal menarik, bukan
cacat-cela. Jangan banyakin pacaran ngelakuin ini dan itu layaknya sepasang suami istri yang sudah halal, baru menikah malah sudah bosan! Tajamkan mata batin kita! Jangan Fisik terusss yang jadi Patokan!
Udah tua, baru tahu rasa.
Dalam
hidup bersama di ikatan suci yang kita ikrarkan bersama “Jodoh” kita, hijrahkan
cinta dari kata benda menjadi kata kerja, kalimat amal. Di titian hari-hari setelah
akad suci, hijrahkan rasa jatuh cinta menjadi bangun cinta; pastikan jadi megah
istana, tinggi gapai surga. Istri dan suami sejatinya tak saling memiliki. Kita
hanya saling dititipi. Maka salingkan menjaga dalam menggenapkan agama;
menaati-Nya
sellalu patahati bosan
ReplyDeleteHarus Semangat Dong :D
ReplyDelete