Blog saya sebelumnya telah membahas tentang Pacaran, dan sekarang kita membahas tentang Ta'aruf yang masih ada kaitannya dengan Blog yang kemarin..... yuuuk Baca....!
^____^
^____^
Pertama:
Ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk
penjajagan sebelum menikah. Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa
sreg bisa menyudahi ta’arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu
putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah beraut sehingga kalau tidak
cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya Allah
niatnya untuk menikahi Lillahi Ta’ala, kalu tidak cocok bertawakal saja,
mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.
Kedua:
Ta’arauf itu lebih fair. Masa penjajagan
diisi dengan saling tukar informasi dengan saling tukar informasi mengenai diri
masing-masing baik kebaikan maupun keburukan, bahkan kalau kita tidurnya sering
ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak
menimbulkan kekecewaan di kemudian hari. Bagitu pula dengan
kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, engga bisa
masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi
juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, keluarga , dan
orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini
berbeda dengan orang yang pacaran yang biasanya semu dan kepura-puraan. Yang
perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi
sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek
tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen, atau
hasil ngerengek ke orang tua tuh).
ketiga:
Dengan ta’aruf kita bisa berusaha
mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (hehhe kaya proklamasi). Hal ini bisa terjadi karena kedua
belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri, baik kelebihan maupun
kekurangan. Ini kan termasuk penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan
dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap mesra tapi belum
bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?
Keempat:
Melalui ta’aruf kita boleh mengajukan
kriteria calon yang kita inginkan. Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah
tapi kalu ada yang kurang sreg bisa dipertimbangkan dengan memakai hati dan
pikiran yang sehat. Keputusan akhir puntetap berdasarkan dialog dengan Allah
melalui sholat Istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran.
Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap
bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau
sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.
Kelima:
Kalau memang ada kecocokan, biasanya
jangka waktu ta’aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama.
Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina, termasuk zina hati.
Selain itu tidak ada perasaan “digantung” pada pihak perempuan. Karena semuanya
sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunnah Rasulullah yaitu menikah.
Keenam:
Dalam ta’aruf tetap dijaga adab
berhubungan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang
memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhawalat (berdua-duaan) kecil yang artinya
kita terhindar dari zina.
Nah, ternyata ta’aruf banyak kelebihannya
dibandingkan dengan pacaran dan Insya Allah diridhoi. Jadi, sahabat… kita mau
mencari kebahagiaan dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau mencari
kesulitan, mencoba-coba melanggar dan mendapat murkaNya?
No comments:
Post a Comment