*Melupakan
Ketika kita mencoba melupakan kejadian menyakitkan, melupakan orang yg
membuat rasa sakit itu, maka sesungguhnya kita sedang berusaha
menghindari kenyataan tersebut. Lari. Pun sama, ketika kita ingin
melupakan orang yg pernah kita sayangi, hal-hal indah yang telah berlalu.
Maka, sejatinya kita sedang berusaha lari dari kenangan atau sisa
kenyataan tersebut.
Kabar buruk buat kita semua, mekanisme
menyebalkan justeru terjadi saat kita berusaha lari menghindar, ingatan
tersebut malah memerangkap diri sendiri. Diteriaki disuruh pergi, dia
justeru mengambang di atas kepala. Dilempar jauh-jauh, dia bagai bumerang
kembali menghujam deras. Semakin kuat kita ingin melupakan, malah
semakin erat buhul ikatannya.
Bagaimana mengatasinya?
Justeru resep terbaiknya adalah kebalikannya. Logika terbalik. Apa itu?
Mulailah dengan perasaan tenteram terhadap diri sendiri. Berdamai.
Jangan lari dari kenangan tersebut. Biarkan saja dia hadir, bila perlu
peluk erat. Terima dengan senang hati. Bilang ke diri sendiri: "Saya punya
masa lalu seperti ini, pernah dekat dengan orang MENYAKITKAN itu, saya
terima semua kenyataan tersebut. Akan saya ingat dengan lega, karena saya
tahu, besok lusa saya bisa jadi lebih baik--dan semua orang berhak atas
kesempatan memperbaiki diri." Letakkan kenangan tersebut dalam posisi
terbaiknya. Jangan dilebih-lebihkan dan jangan diistimewakan.
Maka, mekanisme menakjubkan akan terjadi. Perlahan
tapi pasti, kita justeru berhasil mengenyahkan ingatan itu. Pelan tapi
pasti, kenangan tersebut justeru menjadi tidak penting, biasa-biasa
saja. Dan semakin kita terbiasa, levelnya sama dengan seperti kenangan
kita pernah beli bakso depan rumah, beribadah bersama, pergi ke pantai, naik motor berdua, makan mie rebus bersama, hanyut dibawa oleh hal-hal baru yang
lebih seru. Ketahuilah, racun paling mematikan sekalipun, saat
dibiasakan, setetes demi setetes dimasukkan dalam tubuh, dengan dosis
yang tepat, besok lusa jika kita tidak semaput oleh racun tersebut, kita
justeru akan jadi kebal. Apalagi kenangan, jelas bisa dibiasakan.
Itulah hakikat dari: jika kalian ingin melupakan sesuatu atau
seseorang, maka justeru dengan mengingatnya. Terima seluruh ingatan itu.
Well, gak perlu kita belajar menaklukan api, air, angin, ataupun sesuatu yang berduri untuk menjadi orang yang sakti. Cukuplah kita belajar menaklukan hati, itu sudah bisa dibilang sakti. Berdamailah pada diri sendiri.
*Tere Liye (dikreasi ulang oleh : yang punya Blog Pribadi)
No comments:
Post a Comment