Kedung Darma Romansha, Laki-laki
kelahiran Indramayu, 25 Februari 1984. Karya-karyanya dimuat dibeberapa media
massa, antara lain : Solo Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Pikiran Rakyat,
Seputar Indonesia, Lampung Pos, Bataviase Nouvelle, Majalah Khoirul Ummah, dan
Jurnal Kreativa.
Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta ini juga sering kali memenangkan beberapa lomba
di dunia sastra.
Subhanallah, saya sebagai orang
Indramayu asli ikut bangga dengan karya-karnyanya.
Dan salah satu karya dia yang
sangat aku kagumi ialah Puisi berjudul “UTERUS”.
Gak usah lama-lama, mari kita baca!
Untuk Cinta Ibu yang Tak Pernah Putus
Bermula dari kerinduan, kemudian
berangkat menuju kenang-kenangan. Inilah yang membuat saya tergerak untuk menulis
puisi berjudul UTERUS. Ibu adalah tempat semua peristiwa dilahirkan. Lewat
rahimnya kita menjadi manusia dengan latar belakang dan suku berbeda.
Saya ingat sekali dengan bau bumbu
ditangannya. Mungkin itu salah satu yang mengirimkan saya pada UTERUS. Jika
saya boleh mengumpamakan, “Surga ada di telapak tangan ibu”. Tapi terlepas dari
istilah saya. Kerinduan itu memunculkan kenang-kenangan masa kecil saya.
Kerinduan itu memunculkan aroma masakkannya. Kerinduan itu memunculkan
kegigihannya yang jujur.
Di dalam kerinduan ini, tiba-tiba
saya teringat TKI yang nasibnya dipertaruhkan di negeri orang. Banyak berita
buruk tentang TKI yang saya lihat di layar televisi yang itu semua mengingatkan
saya akan ibu. Sejujurnya dulu, kira-kira ketika usia saya empat tahun-tepatnya
saya lupa-ibu saya sempat menjadi TKI meski nasibnya tak seperti yang dialami
TKI yang kerap diberitakan akhir-akhir ini.
Saya mengibaratkan ‘perempuan yang
menggadaikan mimpinya di pulau-pulau tanpa peta/tanpa jaminan’. Tapi saya tak
mau larut dengan kenangan dan berita buruk itu.
Cinta ibu tak akan pernah putus.
Dia hidup di ruh kita, di ruh saya. Kesetian tidak bisa dipatok dengan
kematian. Karena cinta seorang ibu akan terus hidup, karena sebenarnya kita tak
akan pernah mengalami ‘kematian’.
Kematian yang sering kita bicarakan
adalah kematian tubuh yang sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan segala aktivitasnya
di bumi. Cinta sejati akan terus hidup sampai di alam barzah-itu juga kalau
kita masih percaya dengan alam barzah.
Ibuku, yang memiliki kasih sayang
yang rahasia. Senyum dan kemarahanmu sudah lebih dari kasih sayang yang
kuterima. Kalau tak perlu ucapkan ulang tahun jika aku ulang tahun, karena itu
bukan tradisi keluarga kami dan memang kita tak pernah memilikinya dari dulu.
Cukup kau ucapkan salam dan doa dalam sujudmu. Cukup kau buatkan sambel terasi.
Itu semua sudah lebih dari cukup.
Untuk ayahku, percayalah segala
jerih payahmu tak akan pernah sia-sia. Percayalah doa-doa itu telah terkabulkan
hanya saja menunggu waktunya yang tepat.
Untuk ibu yang keterakhir kalinya, aku ingin makan dengan telur ceplok
setengah matang, sayur asem, pete, dan sambel terasi di hutan tempat ayah
berladang. Salam. *Kedung Darma
Romansha
U T E R U S
(Puisi
Kedung Darma Romansha)
Untuk
mengingatmu
Barangkali
tak perlu kubaca gugur daun di halaman
Melihat
usia meranggas dari helai-helai rambutmu
Juga
angka kalender kamarku
Yang
jatuh di telapak tanganmu.
Aku
teringat saat malam sujud dalam gerimis
Pada
setiap air mata perempuan
Yang
menggadaikan mimpinya
Di
pulau-pulau tanpa peta
Tanpa
impian
Untuk
kembali menganak-pinakkan
Mimpi
yang akan ditebusnya dengan doa dan airmata.
Tapi
sudahlah,
Barangkali
aku tak akan mengingat itu.
Sudah
lama kubingkai tahun-tahun
Dalam
fotomu
Kurasakan
bau bumbu di tanganmu
Adalah
aroma surga yang pernah kukenal.
Aku
ingin kau garuki punggungku yang gatal
Dan
berpura-pura tidur di sampingmu
Aku
juga ingin memperlihatkan
Gambar
hariamau terbaruku
Lalu
katamu :
“Kamu
mau menjadi harimau?”
Aku
hanya tersenyum dan tak tahu
Waktu
itu,
Alangkah
jujurnya senyummu
Tapi
malam ini kau garuki kesepianku
Dan
kugambar wajahmu di sebidang kanvas puisi
Lalu
waktu merampasnya
Di
usiaku yang dewasa
Bu,
usia memang bukan patokan
Untuk
menggadaikan kesetiaan
Sebab
kematian adalah kehidupan yang lain
Seperti
katamu, segala yang dilahirkan
Pasti
akan mengalami kematian
Dan
setiap kematian
Akan
mengalami kelahiran lain.
Di
sini,
Ketika
hari patah dalam nafasmu
Segala
peristiwa diciptakan
Dari
rahimmu yang suci.
Lalu
kita diberangkatkan
Oleh
kesakitan yang sama
Bersama
tangis dan darah
Mimih.... Lia Sayang banget sama mimih *BigHUG :-*
No comments:
Post a Comment